Sabtu, 6 september 2014
Day 2482 Erepublik Time
Papua, eIndonesia
Siang ini aku duduk-duduk
santai di teras kabinku, memandang kearah lautan yang biru sambil ditemani
sebotol bir dingin. Terlihat beberapa anak kecil yang bermain ombak ditemani
teriknya matahari. Waktu terasa berjalan sangat lambat di ujung barat Papua
ini. Tidak ada aktivitas yang terlalu menarik belakangan ini. Begitupun dengan
eIndonesia, aktivitas para pemain sedang sepi. Hanya ada event beberapa waktu
lalu yang berlangsung selama tiga hari dan pemilihan presiden.
Beberapa lama setelah melamun
memandangi lautan, aku terpikir akan sesuatu dan mulai bertanya-tanya dalam
hati, bagaimana aku bisa sampai di sini, bisa sejauh ini. Aku mencoba mengingat
dan menggabungkan kembali bagian demi bagian semua ingatan dan kenangan
perjalananku dari sejak aku lahir di eDunia.
Aku ini adalah pencinta
kemiliteran, seorang nasionalis, dan seseorang yang cinta dengan tanah air ini
dengan semua kelebihan dan kekurangannya. Tapi tidak ada sarana yang yang dapat
menampung ideologiku pada saat itu. Sampai akhirnya di pertengahan bulan Juli
2009 aku membaca di sebuah majalah milik adikku. Di halaman terakhir majalah
tersebut terdapat artikel tentang gathering sebuah komunitas permainan strategi
berbasis internet.
Aku tidak terlalu tertarik
dengan permainan online sebenarnya, tapi saat itu,
“Apa salahnya membaca” pikirku dalam hati.
Di artikel tersebut
menceritakan tentang kegiatan mereka saat gathering, dan fitur-fitur yang ada
di dalam permainan tersebut. Para pemain dapat menjadi apapun yang diingikan.
Mulai dari tentara, pedagang, anggota parlemen, sampai presiden. Diceritakan
juga kalau Indonesia pernah menguasai lima benua termasuk Amerika Serikat. Mulai
timbul ketertarikanku akan permainan ini. Lalu dibawah semua penjelasan itu,
terdapat foto ini,
Yaa ini, ini adalah foto
gathering pertama eRepublik Indonesia (eRepindo), sekaligus foto pertama
pemain-pemain pertama eRepindo yang aku lihat.
Sepertinya ini media yang
tepat untuk menyalurkan ideoogiku membela tanah air. Meskipun bukan di dunia
nyata, tapi menurutku misi yang diemban sama, yaitu memperkenalkan bangsa ini
dan membuat bangsa ini disegani di seluruh dunia. Memang di dunia nyata terasa
mustahil, tapi kenyataannya tidak di sini.
Hari itu aku segera
menyalakan komputerku dan menuju situs yang tertera di artikel tersebut. Sampai
di depan halaman awal situs itu aku termenung, sedikit ragu untuk mendaftar.
Aku tidak tau apa yang akan terjadi nanti, apakah para pemainnya ramah,
bagaimana bila waktuku menjadi tersita karena permainan ini. Sempat muncul
pertanyaan-pertanyaan seperti itu dalam benakku, jadi aku mengurungkan untuk
mendaftar.
Hari demi hari aku semakin
penasaran dengan permainan ini. Aku membaca lagi dan lagi artikel itu untuk
meyakinkan keputusanku. Sampai akhirnya tanggal 26 Juli 2009 menjadi hari
kelahiranku dan awal perjalananku di dunia yang baru ini. Dunia dimana impian
bisa menjadi kenyataan. Dunia Erepublik.
Awal perjalananku cukup berat
di dunia ini. Tidak mengenal siapa-siapa, tidak punya eayah dan eibu, tidak ada
yang membimbing sehingga aku harus berusaha sendiri di sini. Aku mulai
membaca-baca artikel yang ada untuk memberi gambaran tentang aktivitas yang
sedang terjadi di eIndonesia.
Gaji awal yang aku terima
dengan skill 0 sekitar 5 IDR. Setiap pemain baru dibekali lima buah roti Q1
untuk bertahan hidup. Roti tidak bisa dikonsumsi secara manual tetapi harus
menunggu sampai pergantian hari dan secara
otomatis terkonsumsi. Dulu istilah yang digunakan bukan energy, melainkan
wellness. Wellness paling tinggi adalah 100, bila wellness dibawah 40 kita
tidak dapat berperang. Dan bila wellness kita 0, kita mati.
Wellness kita mempengaruhi
produktivitas dalam bekerja. Jadi kita harus mempertahankan wellness diatas 70
atau sebisa mungkin diatas 90 agar tidak dipecat. Terdapat beberapa tingkatan
perusahaan mulai dari bintang satu sampai bintang lima. Semakin tinggi bintang
tempat kita bekerja, semakin banyak pula jumlah wellness yang berkurang
menggikuti jumlah bintang perusahaan tersebut.
Bidang usaha yang ada pun
dibagi tiga, ada bidang maufaktur, ladang, atau konstruksi. Manufaktur terdiri
dari makanan, senjata, dan tiket. Ladang terdiri dari produksi gandum untuk
makanan, bijih besi untuk senjata, dan oli/bahan bakar untuk perusahaan tiket.
Setelah itu ada bidang konstruksi yang memproduksi rumah sakit dan benteng
pertahanan untuk sebuah region.
Setelah beberapa hari aku
bermain aku mencoba untuk mengenal orang-orang di sini. Mulai bergabung dengan
partai dan unit militer yang tersedia. Banyak pilihan, tapi akhirnya aku
bergabung dengan Partai Kami Sama (PKS) dan Laskar Bocil (LB). Di PKS aku mulai
berkenalan dengan teman-teman di sana. Satu nama yang aku masih ingat adalah
Lutfisnet, dialah orang pertama yang aku kenal di sini.
Lalu ada mantan presiden
Masila. Aku sempat belajar tentang monex dari dia. Dia pulalah yang mengajakku
ke sebuah tempat ngumpul anak-anak PKS yang bernama Lounge_PKS. Tempatnya
menyenangkan, nyaman, dan orang-orang di sana ramah. Selain itu ada mantan
presiden favoritku, Wonder Forward. Aku tidak mengenalnya secara langsung
tetapi hanya dari tulisan-tulisan dan cerita-ceritanya yang begitu inspiratif.
Dialah yang menerbitkan novel “Ketika
Indonesia Menaklukan Dunia”, dan inspirasiku untuk membuat surat kabar ini.
Suatu hari aku mendatangi
sebuah bar di Jakarta tempat para ekspatriat dan prajurit-prajurit IHA
berkumpul. eIndonesia dan eHungary sangat dekat saat itu. eHungary sendiri
sudah menganggap eIndonesia sebagai Big Brother mereka. Di dalam bar itu sangat
penuh sesak dengan orang-orang berkebangsaan Hungaria. Setelah memesan minum
pun aku bingung akan duduk di mana. Sampai ada seseorang berkebangsaan Hungaria
memanggilku dari pojok bar,
“Hey… Hey you !” dia sedikit berteriak dan melambaikan tangan kepadaku. Sepertinya dia melihat
kebingunganku.
“Hey, little man! Come, sit here.” tambahnya.
Aku akhirnya menerima
ajakannya untuk duduk di sana. Namanya Tamas Horvath, dia salah satu prajurit
IHA yang sedang mengambil cuti dinas di Jakarta. Orangnya sangat ramah, dia
bercerita tentang keluarganya di eHungary sana dan selalu berterimakasih kepada
eIndonesia atas bantuan kita untuk negaranya. Kita berbincang cukup lama dan
menjadi teman baik sejak saat itu.
Dulu internet tidak semudah
sekarang, dan belum semua orang punya internet. Untuk bermain aku masih
menggunakan dial-up connection. Itupun kadang bisa kadang tidak, dan kalaupun
bisa, sangat lambat. Jadi warnetlah pilihan terbaik yang tersedia. Setiap dua
hari sekali sekitar jam satu siang setelah pulang sekolah aku pergi ke warnet.
Work and Train (WnT) untuk hari itu, lalu menunggu sampai jam dua untuk
pergantian hari dan WnT lagi.
Itulah salah satu strategi
yang lazim digunakan para pemain saat itu. Dapat menghemat waktu dan uang
jajan. Tapi pengorbananku tidak hanya itu. Aku sampai pernah kehilangan sendal
di warnet dan harus pulang jalan kaki sejauh 200 meter. Sudah terlihat seperti
anak layangan saja saat itu.
Kesulitan tidak hanya saat
ingin bermain, dalam permainan pun juga banyak kesulitannya. Dalam bekerja dan
bila ingin mendapatkan Hard Worker Medal, kita harus bekerja selama 30 hari
BERTURUT-TURUT. Inilah yang sering membuat patah hati. Saat kita sudah bekerja
selama 28 hari berturut-turut dan tidak sempat bermain hanya satu hari, kita
harus mengulang lagi dari hari pertama.
Dalam pertempuran pun sangat
sulit untuk mendapatkan Battle Hero Medal. Medan pertempuran dikuasai oleh
prajurit-prajurit yang memiliki skill tinggi dan persenjataan canggih, sehingga
membuat prajurit-prajurit baru kurang terasa kontribusinya.
Bila wellness diatas 90, dan
tanpa menggunakan wellness box, kita hanya bisa bertempur paling banyak lima
kali sebelum akhirnya harus pergi ke rumah sakit dan memulihkan tenaga kita.
Tapi mendengar beberapa cerita dari senior-senior di sini, mereka sampai harus
“puputan” mengorbankan diri untuk bisa memenangkan pertempuran.
Bulan demi bulan ku lewati
perjalanan ini sampai pada akhirnya di tahun 2010 kesibukanku mulai bertambah.
Memasuki kelas 3 SMA, aku harus lebih fokus untuk lulus Ujian Nasional dan mau
tidak mau erepublik harus sedikit ditinggalkan. Adanya perubahan modul perang
dari semula seperti tembok yang harus dihancurkan menjadi sistem catur dimana
kita harus menguasai sebanyak mungkin area yang ada.







Tidak ada komentar:
Posting Komentar